KabarIndonesia - Walaupun
dunia terus mengalami krisis, apalagi negara-negara panik menghadapi
krisis ekonomi yang menimpa negara mereka. Indonesia di perkirarakan
tidak kena imbas krisis ekonomi dari negara-negara eropa tetapi harus
tetap waspada. Ada sejumlah tantangan dan risiko di tingkat domestik dan
global yang tetap perlu diantisipasi. Optimisme terjadi tapi ada
tantangan-tantangan baik domestik maupun global.
Bila menghadapi awal tahun 2011 yang lalu tercatat sembilan tantangan
dan resiko domestik yang perlu diantisipasi, yaitu tantangan atas
kemungkinan terjadinya gelembung nilai aset (asset bubble) dan inflasi
karena kurangnya daya serap ekonomi nasional terhadap masuknya modal
asing, termasuk yang jangka pendek. Risiko terhentinya arus modal masuk
dan bahkan terjadinya penarikan kembali modal masuk dalam jumlah
besar. Tantangan lain adalah subsidi energi dan alokasi yang tidak
efisien, risiko inflasi oleh komponen makanan, pendidikan dan
ekspektasi, serta tantangan infrastruktur dan transportasi yang kurang
memadai.
Empat tantangan domestik lainnya adalah peningkatan daya saing dan
kualitas tenaga terdidik, daya serap atau belanja pemerintah, risiko
terkait politik dah hukum serta terkait perubahan iklim, bencana alam
dan krisis keuangan. Ada lima tantangan dan risiko global yang dicatat
KEN (Komite Ekonomi Nasional), yaitu pemulihan ekonomi negara maju yang
masih akan lama karena persoalan struktural serta persoalan geopolitik
dan geoekonomi G-20, seperti penyelesaian persoalan ketidakseimbangan
ekonomi dunia, perang kurs dan potensi perang Korea. Tantangan dan
risiko global lainnya adalah kebijakan banjir likuiditas Amerika Serikat
Quantitative Easing yang diambil dalam rangka menyelamatkan diri
sendiri, dilema perang kurs dan risiko gagal bayar hutang negara-negara
Eropa.
Untuk menghadapi tahun 2012 ini Presiden instruksikan jajaran
pemerintah untuk menjaga sektor riil di tengah situasi krisis global
dan melemahnya volume ekspor Indonesia ke luar negeri. Sektor riil
dikatakan dapat menjadi penopang utama perekonomian Indonesia. Sektor
riil yang bagus mencegah dampak pemutusan hubungan kerja. Belanja modal
dan belanja barang pada tahun anggaran 2011 harus lebih dioptimalkan,
belanja pemerintah dapat turut membuat perekonomian di Indonesia
berjalan.Saat ini, realisasi belanja pemerintah hingga 30 November ini
mencapai 71 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan akan melaju pada
kisaran 6,3 persen - 6,7 persen. Namun bila tiga penyakit bangsa bisa
diatasi seperti korupsi, inefisiensi birokrasi dan soal infrastruktur,
pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih tinggi lagi," kata Ketua
Komite Ekonomi Indonesia (KEN) Chairul Tanjung.
Selama ini pertumbuhan ekonomi nasional banyak ditopang oleh hasil
sumber daya alam dan konsumsi domestik. Sementara pembangunan
infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal. Sebaliknya ekonomi
China bisa tumbuh tinggi karena pembangunan infrastrukturnya
berlangsung massif.
Gejolak di pasar keuangan dunia dan resesi di kawasan Eropa berpotensi
mengganggu perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekspor diperkirakan akan
menurun akibat pelemahan permintaan barang dari negara maju seperti
Eropa dan Amerika. Akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global, ujar
Chairul, pertumbuhan ekspor akan melambat dari sekitar 15 persen
menjadi 10 persen. Untuk memacu pertumbuhan domestik, pemerintah harus
dapat meningkatkan penyerapan anggaran belanjanya
Sumber :
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=10&jd=Pertumbuhan+Ekonomi+Indonesia+2012+Diprediksi+6%2C3+-+6%2C7+Persen&dn=20111220183104
Tidak ada komentar:
Posting Komentar